Perdebatan mengenai subsidi BBM dalam Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 membawa berkah tersendiri bagi sektor batubara. Sebagaimana diketahui bahwa Presiden RI Terpilih periode (2014-2019), Joko Widodo meminta Presiden Yudhoyono untuk berbagi beban pagu subsidi BBM. Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2015 subsidi BBM diproyeksikan mencapai Rp291 triliun, naik dari pagu APBN-Perubahan 2014 sebesar Rp247 triliun. 

Besarnya subsidi BBM dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2015 mempersempit ruang fiskal pemerintah dalam pembangunan. Wacana pengurangan subsidi BBM menjadi salah satu strategi efisiensi yang dapat dipilih meskipun akan menyebabkan turbulensi ekonomi dalam jangka pendek. Strategi efisiensi lain yang dapat diimplementasikan adalah konversi BBM bersubsidi ke gas atau penggunaan batubara menggantikan BBM sebagai pembangkit tenaga listrik. 

Selain jumlah penduduk, keunggulan kompetitif Indonesia adalah sumber daya alam termasuk batubara. Tercatat pada 2010, 2011, 2012, dan 2013, produksi batubara Indonesia masing-masing mencapai 169.2, 217.3, 237.4, dan 258.9 juta ton. Selain untuk memenuhi konsumsi domestik, produksi batubara Indonesia juga sebagai komoditas eskport. Saat ini, kenaikan harga minyak mentah dan melandainya harga komoditas batubara menjadi momentum yang baik bagi peningkatan pemanfaatan batubara dalam negeri. 

Dari beberapa perusahaan batubara yang berkapitalisasi besar, kami mencatat bahwa saham Indo Tambangraya Megah (ITMG, 12.1x) memiliki P/E FY14F yang relatif menarik dibandingkan dengan perusahaan lain seperti Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA, 31.7x), dan Adaro Energy (ADRO, 42.2x). Kami merekomendasikan investor untuk memperhatikan saham sektor batubara dan ITMG ditengah wacana peningkatan konsumsi batubara untuk kebutuhan domestik. 

Sumber: Embun Pagi, Research Team PT. Daewoo Securities, melalui milis: 
KompilasiRiset@yahoogroups.com 

Posting Komentar

 
Top