Pada hari Jumat lalu (26 September), sementara investor secara besar-besaran menjual saham Indonesia, ada satu industri yang tidak terkena dampak penjualan tersebut. Di antara sembilan sektor yang diklasifikasikan oleh BEI hanya sektor konsumen yang ditutup menguat. 

Pertanian (-1,3%), pertambangan (-2,4%), industri dasar (-2,7%), aneka industri (-2,2%), properti  (-2,7%), infrastruktur (-0,1%), keuangan (-2,4%), dan perdagangan (-0,4%) ditutup di posisi merah sedangkan sektor konsumen (+0,7%) mencatatkan penguatan. 

Selama masa volatilitas dan ketidakpastian, investor cenderung mencari saham-saham defensif. Dalam pandangan kami, dampak dari gejolak ekonomi relatif sedikit kepada sector konsumen dibanding sector lainnya, sehingga sangat cocok di situasi pasar saat ini.

Dengan melihat faktor pembentuk GDP, account konsumsi swasta Indonesia menyumbang 54,8% dari total output dari Indonesia. Melihat trend kebelakang, porsi konsumsi tetap sangat stabil. Kisah basis populasi Indonesia yang besar (4 terbesar di dunia), laju pertumbuhan penduduk, dan demografi muda semua sudah diketahui. Namun, kami masih mencatat hal tersebut adalah pondasi dari kegiatan ekonomi Indonesia. 

Kami percaya waktunya sudah tepat untuk mengingat kembali hal tersebut. Dengan Bahasa sederhana, orang masih perlu untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka bahkan ketika ekonomi berada sedang tertekan. Unilever Indonesia (UNVR; + 1,6%), dan Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP; + 1,34%) yang semuanya positif pada hari Jumat sementara benchmark turun 1,3%. 

Sebagai fakta tambahan pada tulisan kami ini, masyarakat Indonesia masih menggunakan Pepsodent (merek pasta gigi Unilever) dan makan Mie Indomie (produk ICBP) terlepas dari apakah Anda kaya atau miskin. 

Sumber: Embun Pagi, Research Team PT. Daewoo Securities 
Gamber dari hasil pencarian Google


Posting Komentar

 
Top