Pak Parahita menulis (pada bulan Nov 2008, dengan sedikit perubahan): 
Melakukan penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa 
harga yang wajar untuk suatu saham. Walaupun harga saham berubah setiap 
waktu, namun dengan mengetahui nilai wajarnya, kita akan lebih tenang 
dalam menghadapi gejolak pasar. 
Dalam melakukan valuasi, mau tidak mau kita harus mengerti sedikit 
cara membaca laporan keuangan sebab perhitungan valuasi melibatkan 
item-item dalam laporan keuangan perusahaan. 
Warren Buffett mengatakan bahwa nilai intrinsik (nilai wajar) suatu 
saham didefinisikan sebagai nilai saat ini dari aliran kas masuk yang 
akan didapatkan sepanjang umur hidup perusahaan tersebut.  Nilai saat 
ini dari uang yang akan kita dapatkan di masa depan merupakan konsep 
time value of money yang dapat kita pelajari di sini.
 Buffett mengatakan bahwa cara ini adalah satu-satunya cara yang masuk 
akal untuk mengevaluasi keatraktifan dari suatu investasi dan bisnis. 
Pemikiran Warren Buffett mengenai nilai intrinsik ini banyak dipengaruhi
 oleh John Burr Williams, yang merupakan orang yang pertama kali 
mengemukakan pemikiran mengenai nilai intrinsik ini. 
Charles S. Mizrahi dalam bukunya “Getting Started in Value Investing”
 menjelaskan sebuah cara sederhana dalam melakukan penilaian harga wajar
 saham. Meskipun sederhana bukan berarti cara ini tidak efektif.  
Keindahan dari cara ini justru berasal dari kesederhanaannya. Agar lebih
 mudah dipahami, proses valuasi ini akan saya pecah menjadi beberapa 
langkah.  Sebagai contoh saya akan menilai harga wajar saham PT. 
Unilever Indonesia. Laporan keuangannya dapat kita ambil di websitenya 
di sini.
 Saya memilih Unilever karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang 
sangat solid dengan manajemen yang mumpuni. Perlu diingat, sebelum 
melakukan valuasi kita sebaiknya memilih perusahaan dengan pertumbuhan 
laba bersih 5 tahun ke belakang minimal 10%. Beruntung sekali ternyata 
kita dapat memperoleh data keuangan Unilever sampai dengan 10 tahun ke 
belakang. Selain itu, sebaiknya saham yang akan kita nilai memiliki 
Return on Equity (ROE) minimal 15%. Unilever dapat memenuhi 
kriteria-kriteria tersebut. 
Sebelum melakukan valuasi, coba buat dulu profil dari perusahaan tersebut seperti di bawah ini:  
Pertama-tama kita harus menentukan dahulu pertumbuhan (growth) EPS 
(Earning per Share) selama paling tidak 5 tahun ke belakang. Dalam 
menentukan berapakah proyeksi pertumbuhan EPS selama 5 tahun ke depan, 
ikuti langkah berikut: 
- Jika rata-rata pertumbuhan EPS perusahaan 5 tahun ke belakang lebih besar dari 15%, maka proyeksi pertumbuhan EPS 5 tahun ke depan adalah 15%. Mengapa saya menentukan proyeksi EPS 15%? Sangat sedikit perusahaan yang mampu mempertahankan pertumbuhan EPS di atas 15% per tahun secara kontinyu. Oleh karena itu sebaiknya kita proyeksikan pertumbuhan EPS selama 5 tahun ke depan adalah 15%.
 - Jika pertumbuhan EPS perusahaan 5 tahun ke belakang lebih kecil dari 15%, maka proyeksi pertumbuhan EPS 5 tahun ke depan adalah 10%.
 
Terlihat bahwa pertumbuhan EPS rata-rata Unilever adalah 16.94% per 
tahun. Oleh karena itu kita tentukan proyeksi pertumbuhan EPS 5 tahun ke
 depan adalah 15% per tahun.
Setelah itu kita tentukan proyeksi rasio P/E (Price to Earning) untuk
 5 tahun ke depan. Untuk memproyeksi P/E Unilever 5 tahun ke depan, kita
 dapat menggunakan langkah mudah berikut: 
- Jika P/E lebih dari 20, gunakan proyeksi P/E 17
 - Jika P/E kurang dari 20, gunakan proyeksi P/E 12
 
Saat ini berdasarkan data kuartal III dapat diperkirakan P/E Unilever
 adalah 21.9 (> 20). Dengan demikian kita tentukan proyeksi P/E 5 
tahun ke depan adalah sebesar 17. 
Setelah menentukan proyeksi pertumbuhan EPS dan P/E, mari kita mulai proses valuasinya. 
LANGKAH 1: Menghitung EPS 5 tahun ke depan berdasarkan proyeksi pertumbuhan 15%. 
Menentukan besar EPS 5 tahun ke depan berdasarkan proyeksi 
pertumbuhan EPS (15%). Mari kita perhatikan tabel perhitungan besar EPS 5
 tahun ke depan di bawah ini:
Kita mendapatkan proyeksi EPS r tahun ke depan (akhir tahun 2013) adalah sebesar 718 rupiah. 
LANGKAH 2: Mengalikan proyeksi P/E dengan proyeksi EPS pada tahun ke-5 (tahun 2013) 
Karena proyeksi P/E yang kita gunakan adalah 17, maka dengan 
mengalikan EPSsaham Unilever maka pada akhir tahun ke-5 (akhir tahun 
2009) dengan proyeksi P/E (17), saham Unilever akan diperdagangkan pada 
harga 12,207 rupiah per lembar. 
LANGKAH 3: Menghitung laba yang dibayarkan sebagai dividen 
Berdasarkan laporan keuangan yang lalu, didapatkan bahwa porsi 
keuntungan yang diberikan Unilever sebagai dividen adalah 60.22%. Angka 
ini disebut juga dengan dividen payout ratio. Dengan menjumlahkan EPS 
selama 5 tahun ke depan kita mendapatkan jumlah EPS adalah 2,768 rupiah 
per lembar saham (411 + 472 + 543 + 624 + 718 = 2,768). 
Dengan 
mengalikan jumlah EPS tersebut dengan dividen payout ratio sebesar 
60.22%, kita memproyeksikan total dividen yang akan kita terima selama 5
 tahun ke depan adalah sebesar 1,667 rupiah per lembar saham (2,768 x 
60.22% = 1,667). 
Sebagai catatan, nilai dividen payout ratio Unilever ini sangat 
tinggi. Hal tersebut wajar karena Unilever merupakan perusahaan yang 
sudah mature dan tidak terlalu agresif berekspansi. 
LANGKAH 4: Menghitung harga saham total 
Dengan menambahkan proyeksi harga saham 5 tahun ke depan dengan 
jumlah dividen yang kita terima dalam kurun waktu tersebut, kita 
mendapatkan harga saham total Unilever 5 tahun ke depan adalah 13,875 
per lembar (12,207 + 1,667 = 13,875 –> dengan pembulatan). 
Apakah 
perhitungan kita sudah selesai? Belum. Harga yang kita dapatkan tersebut
 adalah harga 5 tahun ke depan. Kita harus mengetahui berapa harga wajar
 yang pantas kita bayarkan saat ini untuk mendapatkan return yang bagus 
terhadap investasi kita. 
LANGKAH 5: Menentukan berapa harga yang pantas dibayarkan untuk mendapatkan return yang layak 
Jika kita memasukkan uang kita dalam deposito, berapakah return per 
tahun yang akan kita dapatkan? Saat ini kita akan memperoleh return dari
 deposito sekitar 8-9% per tahun. Karena kita ingin berinvestasi di 
saham, tentu saja kita menuntut return yang lebih tinggi dari itu karena
 kita telah mengambil risiko yang lebih tinggi. Kelebihan return 
tersebut dinamakan risk premium. Di AS, risk premium rata-rata adalah 
4.91%.  Untuk Indonesia terdapat tambahan country risk premium sebesar 
5.25%. Jadi total risk premium yang akan kita gunakan adalah 10.16% 
(Nasib, nasib. Tinggi bener country risk Indonesia yah). Data tersebut dapat kita dapatkan dari sini.
 Dengan menambahkan total risk premium (10.61%) dengan suku bunga 
deposito (8%), maka return yang layak untuk berinvestasi di saham adalah
 sebesar 18.61% per tahun. 
Kita telah mengetahui bahwa saham Unilever akan diperdagangkan di 
harga 13,875 untuk 5 tahun ke depan. Berapakah harga yang patut kita 
bayarkan untuk selembar saham Unilever saat ini untuk memperoleh return 
18.61% per tahun? 
Untuk menentukan harga yang pantas, maka kita harus membagi harga 
pada akhir tahun ke-5 tersebut  (13,875) dengan 1.1861 tiap tahunnya 
selama 5 tahun. 
Terlihat bahwa harga yang pantas kita bayarkan untuk selembar saham 
Unilever adalah 6,023. Saat ini saham Unilever diperdagangkan di harga 
7,600 per lembar, agak terlalu mahal. Sepertinya kita harus menunggu 
harga sahamnya turun dulu baru kita mulai membelinya.  
Perhatikan bahwa jika kita menginginkan return hanya 15% per tahun, 
maka harga tertinggi yang pantas kita bayarkan adalah 6,898.  Mari kita 
perhatikan berapa harga tertinggi yang pantas untuk saham tersebut jika 
kita menginginkan return yang berbeda. 
Terlihat bahwa jika kita bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk suatu saham, semakin kecil return yang akan kita terima. Oleh karena itulah investor yang baik biasanya sangat sabar menunggu harga yang murah untuk mulai berinvestasi. Investor jenis ini tidak akan gegabah membeli saham tanpa memperhitungkan harga wajarnya.
PENJABARAN VISUAL
Sumbu vertikal adalah harga saham sedangkan sumbu horisontal adalah waktu. Sejalan dengan growth, harga saham akan terus naik dari tahun ke tahun kemudian kita cari rate kenaikannya untuk mendapatkan harga saat ini. Rate kenaikan tersebut itu yang disebut dengan expected return. 
Cara pandang lain adalah dengan mencari present value dari total price 5 tahun mendatang sehingga kita mendapatkan fair value untuk saat ini. Jika pada harga saham saat ini masih terdapat Margin of Safety (Mos)  yang cukup, besar kemungkinan saham tersebut layak untuk dikoleksi. 
Jika dilihat lebih detil, terlihat bahwa selama harga saat ini (actual price) masih di bawah 5 yrs target total price, maka kita masih akan mendapatkan keuntungan walaupun tentu saja dengan rate of return lebih rendah. Kesimpulannya, semakin rendah harga beli kita, semakin besar potensi keuntungannya (ya iyalah…).
Gambar di atas menunjukkan skenario dari sebuah valuasi. Tingkat 
keberhasilannya sangat bergantung pada akurasi asumsi inputnya. Beberapa
 titik kritis dalam melakukan valuasi adalah:
- Kestabilan growth. Semakin stabil historical growth, semakin besar peluang sebuah saham akan berperilaku sama ke depannya. Perusahaan biasanya bisa mempertahankan growth sampai dengan 25% dalam jangka panjang namun untuk keperluan valuasi sebaiknya ditekan ke 15% saja.
 - Akurasi penentuan risk premium. Risk premium akan menentukan seberapa besar diskon kita atas nilai saham.
 - Harga pembelian. Untuk menghindari kesalahan perhitungan dan asumsi, sebaiknya kita menyediakan MoS yang cukup.
 - Perhatikan historical PER. Usahakan untuk bersikap sekonservatif mungkin. Asumsi PER yang terlalu tinggi akan menyebabkan kita terjebak ketika pasar berperilaku esktrim (misalnya pada saat terjadi booming atau crash).
 
Sudah hampir 3 tahun berlalu sejak saya menulis artikel di atas.
 Metode tersebut terbilang cukup sederhana, terlebih apabila 
dibandingkan dengan metode valuasi yang umum digunakan oleh oleh para 
profesional. Walaupun sederhana, bukan berarti metode tersebut tidak 
efektif. Kesederhanaan filosofi metode valuasi tersebut justru menjadi 
kekuatannya. Dalam banyak kasus, terbukti bahwa hasil valuasi memberikan
 hasil yang cukup memuaskan. Thanks to Mr. Mizrahi yang telah menjadi 
‘guru’ saya dan memperkenalkan metode tersebut. 
Sebelum menggunakan senjata, kita harus memahami anatominya agar 
dapat menggunakannya dengan baik. Demikian pula dengan metode valuasi 
yang ada di blog ini. Kita harus memahami konsep-konsep yang 
mendasarinya agar dapat menggunakannya dengan benar. 
Hal pertama yang perlu digarisbawahi adalah bahwa hasil valuasi 
memberikan informasi pada kita tentang level harga yang masih masuk akal
 bagi kita untuk berinvestasi. Artinya, jika hasil valuasi menunjukkan 
bahwa harga wajar suatu saham adalah 1000, bukan berarti jika pada saat 
ini kita membelinya di harga itu kita tidak akan mendapatkan keuntungan.
 Dengan membeli saham tersebut di harga 1000, maka kita mengharapkan 
imbal hasil per tahun sebesar risk premium yang telah ditetapkan. Pada contoh valuasi UNVR yang digunakan pada artikel tersebut, harga wajar UNVR adalah 6,023 dan risk premium-nya
 adalah 18.61%. Jika kita membeli UNVR di harga 6,023, maka kita 
mengharapkan imbal hasil per tahun sebesar 18.61%. Walaupun begitu tentu
 saja akan lebih baik apabila kita dapat membeli dengan harga yang lebih
 murah. 
Pada dasarnya, kita mencoba mencoba untuk mencari harga suatu saham 
di masa mendatang berdasarkan data PER historis dan proyeksi EPS dan 
kemudian mengestimasikan harga yang wajar untuk saat ini. Pada 
prinsipnya, semakin konservatif asumsi kita mengenai PER dan pertumbuhan
 EPS, semakin kecil risiko kita jika membeli sahamnya. Sayangnya, 
apabila kita terlalu konservatif, kita akan mendapatkan pilihan saham 
yang sangat sedikit. Perusahaan yang bagus biasanya dijual dengan PER 
yang lebih tinggi sehingga kita tidak dapat menyamakan dengan PER 
perusahaan yang lebih buruk kinerjanya. 
Jangan lupakan juga pentingnya validitas informasi yang kita gunakan sebagai input
 valuasi. Sebagai contoh , suatu perusahaan pada tahun ini tiba-tiba 
melonjak laba bersihnya. Apabila kita menggunakan EPS tersebut maka 
kemungkinan besar hasil valuasi kita akan terlalu tinggi karena secara 
historis kinerja perusahaan tersebut biasa-biasa saja. Metode ini akan 
memberikan hasil terbaik untuk perusahaan yang memiliki earning growth yang stabil dan secara historis diperdagangkan pada range
 PER yang sempit. Metode ini akan sangat lemah untuk digunakan pada 
perusahaan yang baru tumbuh dengan pesat dan tidak memiliki data 
historis earning growth yang stabil. Kesalahan asumsi valuasi yang kita 
pergunakan akan membuatnya menjadi ‘garbage in, garbage out’. 
Hal lain yang perlu diluruskan adalah bahwa valuasi hanyalah sentuhan
 akhir. Sebelum melakukan valuasi kita harus memastikan bahwa perusahaan
 dalam kondisi yang prima dan mampu memberikan kinerja yang baik di masa
 mendatang. Saya lebih memilih untuk berinvestasi pada perusahaan yang 
dijual sedikit di atas harga wajarnya namun berpotensi tinggi 
dibandingkan dengan perusahaan biasa-biasa yang dijual dengan harga 
murah. Ekstrimnya, perusahaan yang sangat bagus ada kemungkinan layak 
kita beli walaupun pada saat itu dijual dengan PER 30x. Untuk perusahaan
 yang biasa-biasa saja, jangan sekali-kali mencoba melakukan hal yang 
sama. 
Sumber: Parahita.Wordpress.Com, gambar pertama dari hasil pencarian Google. 






Lap keuangan unvr ga bisa di buka mas. saya coba buka lewat web unvr dan donload lap keuangannya tp tdk ada di infokan brp eps, roe, risk premium, growh dll. lihatnya dimananya ya?
BalasHapusIbu bisa melihatnya di Annual Report UNVR untuk lebih jelas, untuk EPS risk premium growth itu adalah estimasi kita sendiri dengan menggunakan parameter yang ada...jadi lebih ke subjektif masing2.
Hapuscoba download laporan keuangannya di website bursa efek indonesia kak. disana lengkap laporan keuangan emiten termasuk UNVR
Hapus
BalasHapusCara Download Data Saham IDX di
Youtube Channel : Investama Saham
Atau di
http://rekomendasi-saham.blogspot.com
PENULISNYA SIAPA YA INI? SAYA INGIN BELAJAR HEHE
BalasHapus