Pak Parahita menulis (Juni 2012): 
Ketika kita melakukan valuasi, salah satu inputnya adalah growth.
 Kita mengasumsikan bahwa dari tahun ke tahun perusahaan akan tumbuh 
dengan kecepatan yang konstan dalam jangka panjang. 
Tentu saja hal ini 
hampir tidak pernah terjadi. Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh banyak 
faktor yang menyebabkan pertumbuhan labanya  tidak semulus seperti yang 
diasumsikan. 
Kestabilan pertumbuhan laba akan mempengaruhi akurasi valuasi. Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan ilustrasi berikut:  
Katakanlah terdapat dua perusahaan A dan B. Laba bersih kedua 
perusahaan tersebut selama 10 tahun terakhir terlihat pada tabel di 
atas. Jika hanya melihat tahun pertama dan terakhir, perusahaan tersebut
 tampak serupa dengan laba bersih pada tahun 2002 sebesar 1,000 dan laba
 bersih pada tahun 2011 sebesar 4,000. Tanpa memperhatikan bagaimana 
kestabilan pertumbuhan labanya selama 10 tahun terakhir, ada kemungkinan
 kita akan salah dalam menyimpulkan tingkat pertumbuhan labanya. 
Selama 10 tahun terakhir, tingkat pertumbuhan laba per tahun yang diwakili oleh CAGR  kedua perusahaan adalah sama, yaitu sebesar 16.65%. Perbedaan yang mencolok adalah kestabilan pertumbuhannya yang saya sebut growth predictability. Perusahaan A memiliki growth predictability sebesar 98.75% sementara perusahaan B hanya 54.39%. Tanpa memperhatikan growth predictability, kita akan berasumsi bahwa pertumbuhan perusahaan adalah sebesar 16.65% per tahun. 
Kesimpulan yang keliru tersebut akan berpotensi menyebabkan kita melakukan kesalahan valuasi. Mengapa begitu? 
Jika kita hanya melihat data 5 tahun terakhir, perusahaan A memiliki CAGR 13.62% dan growth predictability sebesar 98.41%. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan apabila kita menggunakan data selama 10 tahun terakhir. 
Bagaimana dengan perusahaan B? 
Selama 5 tahun terakhir, CAGR perusahaan B adalah sebesar 
49.53%. Nilai ini jauh berbeda dari perhitungan kita jika menggunakan 
data 10 tahun. Sementara itu, growth predictability perusahaan B
 naik drastis menjadi 80.57%. Jika kita melakukan valuasi terhadap 
perusahaan B dengan hanya menggunakan data 5 tahun terakhir, kemungkinan
 besar kita akan memiliki kesimpulan bahwa pertumbuhan labanya adalah 
49.53% dan bukan 16.65%. 
Masih yakinkah kita dengan hasil valuasinya? 
Secara grafis, pertumbuhan laba kedua perusahaan dari tahun ke tahun akan tampak seperti ini:
Terlihat bahwa perusahaan A sangat stabil pertumbuhan labanya. 
Sementara itu pertumbuhan perusahaan B terlihat sangat fluktuatif. 
Secara kasat mata kita bisa melihat bahwa jika starting point 
untuk menentukan tingkat pertumbuhan laba bersih adalah tahun 2007, maka
 besar kemungkinan kita akan membuat kesalahan ketika melakukan valuasi 
terhadap perusahaan B. 
Untuk mengantisipasi hal tersebut, yang bisa kita lakukan adalah 
mencari perusahaan yang labanya tumbuh mendekati konstan. Apakah ada 
perusahaan seperti itu? Ada. 
Beberapa waktu yang lalu saya menulis artikel tentang super companies,
 yaitu perusahaan yang secara konstan naik terus labanya selama 10 tahun
 terakhir. Pada artikel tersebut saya tidak menyertakan tingkat 
pertumbuhan serta predictability-nya. Untuk itu, mari kita perhatikan tabel berikut:
Anda dapat menentukan sendiri, perusahaan mana yang pertumbuhan 
labanya ke depan akan lebih mudah diprediksi. Sebagai patokan, sebaiknya
 growth predictability lebih besar dari 90%. 
[Catatan: Cara menghitung dengan fungsi LOGEST di excel. Jangan lupa fungsi INDEX untuk mengeluarkan parameternya. Kombinasi fungsi INDEX dan LOGEST sehingga dalam perhitungan tertulis =INDEX(LOGEST(C3:C12;B3:B12;;TRUE);3). Untuk mencari St. Deviasi menggunakan fungsi =STDEV(earning perusahaan).]
Sumber: Parahita.Wordpress.Com, gambar awal dari hasil pencarian Google. 




 
Posting Komentar