Sebagian besar perusahaan properti membidik pertumbuhan marketing sales yang flat dan masih konservatif dalam kenaikan rerata harga jual (ASP). Meskipun demikian, dengan adanya katalis positif dari pemangkasan BI rate dan program pengampunan pajak, kami menilai ada potensi sektor tersebut dapat membukukan kinerja yang meningkat (outperform) yang berlanjut.

Overweight on residential due to positive sentiments. Kami menilai ada beberapa katalis di properti sehingga dapat outperform pada FY16F (BI rate dan amnesti pajak). Saat ini sektor properti ditransaksikan pada valuasi yang terdiskon 50%-60% terhadap nilai aset bersih (NAV), masih sejalan dengan rerata 3 tahun terakhir.

Dengan sentimen positif itu, kami melihat ada potensi valuasi sektor itu dapat menjadi terdiskon 40%-50% terhadap NAV. Kami juga menilai ada potensi perbaikan pada penentuan harga pada FY17F, karena ASP relatif flat dalam 2 tahun terakhir. in the past two years.

Marketing sales and ASP increase possibly flow through in FY17F. Perusahaan properti konservatif pada target marketing sales FY16F mereka, karena mereka membidik pertumbuhan YoY yang flat. Kami menilai ASP tidak akan naik tajam tahun ini karena perusahaan properti masih fokus pada produk di bawah Rp2 miliar, dan hal itu membatasi potensi kenaikan ASP.

Menurut kami, pertumbuhan marketing sales pada FY16-17F akan disumbangkan oleh inovasi produk mereka atau pembukaan area pengembangan baru.

Top picks: CTRA, BSDE, and PWON. Kami lebih memilih perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar (big caps) karena kami menilai volatilitas pasar yang terjadi baru-baru ini menyebabkan investor lebih memilih saham yang lebih likuid. Kami lebih memilih CTRA (BUY, TP Rp1.600), BSDE, (BUY, TP Rp2.400), dan PWON (BUY, TP Rp620) karena mereka memiliki neraca yang solid dan proyek dalam pipeline yang cukup banyak.

Kami masih Neutral untuk SMRA (NEUTRAL, TP Rp1.600) dan ASRI (NEUTRAL, TP Rp730) karena kami khawatir pada rasio utang (gearing) dan risiko dari prediksi pendapatan konsensus. Kami menilai saham tahap kedua memang menawarkan nilai lebih (value), tetapi ada risiko pada kinerja mereka (underperformance) karena investor masih hati-hati pada saham yang kurang likuid.

Kami memilih JRPT (BUY, TP Rp1.350), CTRS (BUY, TP Rp3.600), dan LPCK (BUY, TP Rp13.500) karena valuasi mereka yang menarik. Kami masih memilih MDLN (BUY, TP Rp680) karena perusahaan memiliki potensi proyek anak usaha (JV) di pipeline.

Risiko kunci:
1) Kualitas laba yang lebih lemah pada sebagian besar perusahaan properti karena mereka menggunakan modal kerja untuk menciptakan marketing sales. Risiko pada realisasi kinerja FY15-16F sehingga dapat lebih rendah daripada prediksi konsensus jika kebutuhan modal kerja lebih besar daripada prediksi kami.

2) Risiko oversupply di beberapa area di Serpong dan Bekasi, sehingga perusahaan properti harus lebih inovatif pada produk mereka untuk mengejar marketing sales.

Keep industrial estate sector overweight. Permintaan lahan industri masih menyusut karena kinerja sektor otomotif masih menurun. Meskipun demikian, pemerintah mulai lebih suportif pada sektor tersebut pada paket stimulus baru-baru ini.

Lebih lanjut, valuasi masih sangat murah dengan diskon 60%-75% terhadap NAV dan beberapa di antaranya ditransaksikan pada valuasi di bawah replacement costs mereka. Top pick kami untuk industrial estate adalah DMAS (BUY, TP Rp270). Kami menurunkan peringkat SSIA menjadi Neutral dan masih hati-hati terhadap BEST (NEUTRAL, TP Rp410). (Liliana S Bambang/Riset Mandiri Sekuritas)

Sumber: milis KompilasiRiset@yahoogroups.com, gambar dari pencarian Google 






















Posting Komentar

 
Top