Sepertinya hanya sedikit investor yang akan berargumen bahwa sektor barang konsumsi masih akan tetap memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap ragam potensi krisis dibandingkan dengan sektor lainnya. 

Terlepas dari kenaikan angka inflasi yang pernah mencapai sekitar 8% tahun lalu (3Q13), berlanjutnya kekhawatiran atas dampak kenaikan bbm dan berlanjutnya tekanan pada nilai tukar rupiah, secara keseluruhan kami masih tetap meyakini bahwa fundamental Negara Indonesia baik dari sisi unsur demografis, kenaikan kelas masyarakat ekonomi dan pertumbuhan konsumsi domestik akan terus menjadi faktor faktor yang memiliki peran tinggi didalam mendorong pertumbuhan sektor makanan dan minuman ke depan. 


Sebelum diumumkannya secara resmi kenaikan harga BBM, kekhawatiran kami pada sektor konsumsi tidaklah mengalami perubahan. Hingga saat ini kekhawatiran kami masih terletak pada fluktuasi harga bahan baku dan pelemahan nilai tukar rupiah, disamping kenaikan upah minimum regional dan tarif dasar listrik. 

Kenaikan BBM yang terjadi 2 hari yang lalu kami lihat tidak akan memberikan pengaruh yang masif pada kinerja saham berbasis sektor makanan dan minuman. Kenaikan biaya bahan bakar tersebut juga kami lihat dapat diteruskan pada konsumen melalui kenaikan harga jual produk. Data historis menunjukan, setiap kenaikan harga jual yang terjadi justru kebanyakan terpicu oleh pergerakan harga bahan baku. Namun demikian, kami juga menyadari bahwa sebagai akibat pelemahan nilai tukar, kenaikan listrik dan UMP, kebanyakan pelaku usaha sektor tersebut membukukan pertumbuhan kinerja yang dipicu oleh kenaikan harga jual produk, dan bukan dari pertumbuhan volume penjualan. 

Pada kuartal berikutnya, kami akan terus mencermati potensi kenaikan UMP dan pelemahan nilai tukar. Kami juga mengingatkan investor bahwa dari seluruh anggota Jakarta Consumers Index, saham-saham berbasis makanan dan minuman serta saham rokok seharusnya diberikan harga yang lebih premium dibandingkan dengan saham berbasis farmasi (karena akan terus dibayangi dengan 80% impor bahan baku). Beberapa saham yang patut untuk dicermati secara berurutan adalah : INDF, ICBP, UNVR, ROTI dan KLBF. 
 
Sumber: Embun Pagi, Research Team PT. Daewoo Securities (dengan sedikit perubahan) 





Posting Komentar

 
Top