Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2014 melambat, seperti yang sudah Mandiri Sekuritas prediksi sebelumnya. Dengan adanya momentum penurunan yang masih berlanjut sejak awal tahun, pertumbuhan riil GDP melambat menjadi 5,01% YoY pada kuartal III/2014 dari 5,12% YoY pada kuartal sebelumnya.

Hal itu terjadi karena perlambatan pada permintaan domestik dan ekspor bersih. Realisasi itu sejalan dengan proyeksi kami yaitu 5,04% YoY (vs. konsensus 5,12% YoY).

Konsumsi rumah tangga telah semakin normal pasca pemilu. Angkanya turun menjadi 5,4% YoY pada kuartal III/2014 dari 5,6% pada kuartal sebelumnya, dipicu oleh melambatnya konsumsi barang non-makanan.

Setelah membukukan pertumbuhan 6,5% YoY pada semester I/2014, pertumbuhan konsumsi non-makanan turun menjadi 6,2% pada kuartal III/2014 karena efek pemilu yang sudah mereda. Ke depannya, penyesuaian harga barang yang komponen harganya yang diatur pemerintah (administered prices seperti listrik dan LPG) terlihat telah menekan daya beli konsumen di periode yang sama.

Investment slowed. Investasi, yang disebut Gross Fixed Capital Formation (GFCF), juga mengalami penurunan akselerasi (decelerated) menjadi 4% YoY pada kuartal III/2014 dari 5,2% pada kuartal II/2014. Dua komponen faktornya adalah, pertama, permintaan terhadap mesin asing berkontraksi 1,2% YoY dari sebelumnya tumbuh positif sebesar 6,7% YoY.

Kedua, pertumbuhan investasi gedung melambat jadi 6,3% YoY pada kuartal III/2014 dari sebelumnya 6,6% YoY pada kuartal II/2014. Kami meyakini kontraksi dan perlambatan itu adalah konsekuensi dari depresiasi rupiah ke sekitar Rp12.000/dolar AS pada kuartal III/2014 dari Rp11.700/dolar AS pada kuartal II/2014.

Ada juga yang menjadi dampak dari kebijakan pengetatan moneter BI, terutama pengukuran makro prudensial pada sektor properti (misalnya penurunan rasio loan-to-value, syarat rumah untuk KPR kedua, dll). 

Dari sisi eksternal, ekspor bersih masih menjadi daerah positif. Net ekspor dibukukan positif yaitu sebesar 9,3% YoY pada kuartal III/2014 (vs. 17,3% pada kuartal II/2014). Alasan sama dengan kondisi pada kuartal sebelumnya, yaitu kontraksi yang lebih dalam oleh impor dibandingkan dengan ekspornya.

Meskipun Freeport sudah dibolehkan mengekspor tembaganya, kami menilai dampaknya akan minor pada ekspor kuartal III/2014 (dampaknya hanya akan terlihat pada bulan September saja) dan tidak cukup untuk menutupi penurunan volume dari ekspor komoditas lain pada kuartal III/2014.

Our view: expecting growth to dip slightly below 5% in 4Q14… Pertumbuhan ekonomi yang melambat terlihat belum mencapai hasil akhir. Kami meyakini konsumsi rumah tangga akan melambat ke depannya karena kenaikan harga BBMK pada November dan penyesuaian tarif listrik lanjutan.

Lebih lanjut, investasi diprediksi akan flat karena dampak tertunda dari kebijakan pengetatan moneter BI. Kinerja net ekspor pada basis penghitungan YoY, di sisi lain, dapat melambat pada kuartal IV/2014 karena basis penghitungan yang tinggi pada 2013.

Pada kuartal IV/2013, net ekspor tumbuh 46% YoY, yang sebagian disebabkan oleh pemajuan ekspor bijih mineral untuk mengantisipasi larangan ekspor pada 2014. Karena itu, kami menilai ekspor konsentrat tembaga tidak berdampak signifikan pada kinerja pada kuartal IV/2014. 

Growth to pick up next year. Kami menilai akan ada siklus rebounding pada pertumbuhan memasuki kuartal II/2015. Penyesuaian kondisi pada konsumsi rumah tangga diprediksi akan memakan waktu 1—2 kuartal setelah kenaikan BBM.

Investasi diprediksi akan mulai naik pada periode yang sama, dan mengindikasikan adanya peningkatan utilisasi kapasitas dan perbaikan sentimen setelah pemerintah dapat memecahkan masalah subsidi energi.

Sebagai tambahan, kami memprediksi dampak total dari ekspor konsentrat tembaga pada kinerja ekspor tahunan akan terjadi setelah efek high base berkurang pada kuartal II/2015. Karena itu, kami memprediksi pertumbuhan GDP riil sebesar 5,3% pada 2015 dari 5,1% pada 2014.

Policy implication: as growth eased, interest rate hike is expected to be limited. BI rate kemungkinan akan dinaikkan segera setelah kenaikan BBM yang berguna untuk menjaga ekspektasi inflasi.

Meskipun demikian, kami menilai peningkatannya akan terbatas. Hal itu terjadi dengan 2008 dan 2013 ketika rerata kenaikan BI rate terjadi sekitar 160bps, dan saat ini kami hanya memprediksi adanya kenaikan 25bps menjadi 7,75% dan masih flat hingga akhir 2015.

Selain tingginya basis penghitungan untuk BI rate, pertumbuhan yang melambat hingga 5% pada kuartal IV/2014 adalah faktor lain untuk kebijakan penaikan suku bunga. (Aldian Taloputra, Leo Rinaldy, Riset Mandiri Sekuritas) 

Sumber: milis KompilasiRiset@yahoogroups.com, gambar dari hasil pencarian Google




Posting Komentar

 
Top