Kami memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh 5% yoy dan 5,4% yoy masing-masing pada 2016 dan 2017. Ekonomi global kami prediksi akan lebih baik daripada tahun ini, tetapi masih belum cukup mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara signifikan.

Oleh karena itu, dengan kondisi pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprediksi akan tetap flat (flattish), perbaikan ekonomi masih tergantung dari kemampuan pemerintah untuk menggunakan dan mempromosikan investasi swasta. 




A better positioned government to boost growth. 

Tender proyek yang didahulukan dan beberapa usaha memperbaiki belanja pemerintah telah ditetapkan untuk meningkatkan penyerapan anggaran.


Kebijakan pajak yang lebih agresif juga sedang dirumuskan dengan cara memberikan pengampunan pajak penuh ke aset yang selama ini belum diakui. Menurut kami, kondisi itu yang ditambah dengan penerapan (adoption) inisiatif Automatic Exchange of Information pada 2018 akan berkontribusi pada perluasan pengenaan pajak. 

Sebagai tambahan, pemerintah telah aktif meluncurkan beberapa deregulasi untuk menyelesaikan masalah bottleneck institusional dan menyediakan insentif untuk investasi di sektor swasta. 

Easing rupiah pressure. 

Meningkatnya kemungkinan normalisasi kondisi kebijakan pemerintah AS yang bertahap membaik ternyata sudah difaktorkan oleh pelaku pasar, dan posisi peringkat investasi yang lebih kuat akan menjadi faktor positif untuk posisi rupiah. 

Meskipun demikian, karena posisi defisit neraca berjalan (CAD) ditetapkan akan melebar ke 2,4% GDP dari 2% GDP, diikuti harga komoditas yang turun dan depresiasi lanjutan Yuan China, maka kami memprediksi rupiah akan berlanjut terdepresiasi ke Rp14.300/dolar AS pada YE2016. 

Manageable Inflation, room for BI rate cut. 

Inflasi diprediksi akan naik menjadi 5% yoy pada 2016 dari prediksi tahun ini 3,2% yoy, didorong oleh kenaikan tarif listrik dan faktor El-Nino. Inflasi tahun depan masih sejalan dengan kisaran atas target BI. 

Karena itu, prediksi berkurangnya volatilitas rupiah dan inflasi yang lebih terukur dapat memberikan ruang bagi bank sentral untuk memangkas BI rate sebesar 50bps menjadi 7% pada 2016. 

Kami menilai ada risiko eksternal dari domestik yang dapat menyebabkan prediksi kami turun. Risiko eksternal dapat berasal dari kenaikan Fed Funds Rate yang lebih besar daripada prediksi dan pertumbuhan China yang lebih turun lebih tajam.

Sementara itu, dari sisi domestik, risiko dapat berasal dari kemampuan pemerintah untuk meralisasikan APBN, baik dari sisi anggaran dan dari sisi belanjanya. (Aldian Taloputra/Chief Economist- Riset Mandiri Sekuritas) 


Sumber: milis KompilasiRiset 

Gambar dari pencarian Google 







Posting Komentar

 
Top