Rupiah
mengelak dari ekonomi global yang goyah dan menguat 1% WoW pada Jumat
pekan lalu ke Rp13.493/dolar AS, lebih tinggi daripada kenaikan 0,2% WoW
rerata mata uang ASEAN. Kondisi itu disebabkan oleh masuknya aliran
modal masuk (outstanding capital inflow) terutama pada instrumen surat
utang negara (SUN).
Modal asing masih bertahan di Indonesia karena beberapa faktor: bank sentral negara besar yang lebih lunak dalam kebijakannnya (dovish), perngkat utang yang kuat dengan kemungkinan adanya penaikan peringkat oleh S&P dalam jangka waktu dekat, prospek dari pelonggaran kebijakan moneter dan inflasi yang terkontrol, investasi jangka panjang yang memiliki daya tarik, dan potensi repatriasi aset dari program pengampunan pajak.
Persediaan minyak akan naik 1,0mbpd dan 0,3mbpd pada 2016 dan 2017. Indonesia akan diuntungkan dari rendahnya harga minyak dunia terutama untuk inflasi dan neraca perdagangan, tetapi akan meningkatkan defisit APBN pemerintah.
Defisit fiskal mencapai Rp76,6 triliun (0,60% GDP) pada Jan16 karena belanja pemerintah yang dipercepat, yang kami nilai positif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi.
Kami menilai pemerintah dapat mengajukan penurunan target pendapatan dalam RAPBN-P. Saat ini, pemerintah berniat adanya kenaikan subsidi listrik kepada 3,1 juta pelanggan menjadi 27,8 juta pelanggan dalam RAPBN-P 2016.
Neraca pembayaran pada 4Q15 surplus US$5,1 miliar, lebih tinggi daripada surplus US$3,5 miliar yang kami prediksi, terutama disebabkan oleh aliran modal masuk di pasar obligasi negara. Kami menduga kondisi itu akan mendorong Bank Indonesia untuk memangkas BI rate pekan ini.
Paket kebijakan ekonomi X membolehkan pihak asing menguasai porsi saham yang lebih besar di perusahaan Indonesia pada beberapa segmen melalui revisi daftar negatif investasi (DNI). Kami berharap deregulasi tetap berjalan dan keterbukaan tersebut dapat membuktikan ketertarikan untuk menarik minat investasi asing.
Survei sentimen konsumen yang dilakukan Bank Indonesia naik 5,1ppt menjadi 112,6 pada Jan16 ketika rumah tangga melihat lebih banyak lapangan pekerjaan yang tersedia dan memprediksi adanya perbaikan iklim bisnis. Survei Bank Indonesia lainnnya menunjukkan pertumbuhan penjualan peritel Dec15 yang lebih tinggi daripada ekspektasi. (Leo Rinaldy, Wisnu Trihatmojo/Ekonom-Riset Mandiri Sekuritas)
Modal asing masih bertahan di Indonesia karena beberapa faktor: bank sentral negara besar yang lebih lunak dalam kebijakannnya (dovish), perngkat utang yang kuat dengan kemungkinan adanya penaikan peringkat oleh S&P dalam jangka waktu dekat, prospek dari pelonggaran kebijakan moneter dan inflasi yang terkontrol, investasi jangka panjang yang memiliki daya tarik, dan potensi repatriasi aset dari program pengampunan pajak.
Persediaan minyak akan naik 1,0mbpd dan 0,3mbpd pada 2016 dan 2017. Indonesia akan diuntungkan dari rendahnya harga minyak dunia terutama untuk inflasi dan neraca perdagangan, tetapi akan meningkatkan defisit APBN pemerintah.
Defisit fiskal mencapai Rp76,6 triliun (0,60% GDP) pada Jan16 karena belanja pemerintah yang dipercepat, yang kami nilai positif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi.
Kami menilai pemerintah dapat mengajukan penurunan target pendapatan dalam RAPBN-P. Saat ini, pemerintah berniat adanya kenaikan subsidi listrik kepada 3,1 juta pelanggan menjadi 27,8 juta pelanggan dalam RAPBN-P 2016.
Neraca pembayaran pada 4Q15 surplus US$5,1 miliar, lebih tinggi daripada surplus US$3,5 miliar yang kami prediksi, terutama disebabkan oleh aliran modal masuk di pasar obligasi negara. Kami menduga kondisi itu akan mendorong Bank Indonesia untuk memangkas BI rate pekan ini.
Paket kebijakan ekonomi X membolehkan pihak asing menguasai porsi saham yang lebih besar di perusahaan Indonesia pada beberapa segmen melalui revisi daftar negatif investasi (DNI). Kami berharap deregulasi tetap berjalan dan keterbukaan tersebut dapat membuktikan ketertarikan untuk menarik minat investasi asing.
Survei sentimen konsumen yang dilakukan Bank Indonesia naik 5,1ppt menjadi 112,6 pada Jan16 ketika rumah tangga melihat lebih banyak lapangan pekerjaan yang tersedia dan memprediksi adanya perbaikan iklim bisnis. Survei Bank Indonesia lainnnya menunjukkan pertumbuhan penjualan peritel Dec15 yang lebih tinggi daripada ekspektasi. (Leo Rinaldy, Wisnu Trihatmojo/Ekonom-Riset Mandiri Sekuritas)
Sumber: milis KompilasiRiset@yahoogroups.com, gambar dari pencarian Google
Posting Komentar
Posting Komentar