Sebagai
ibukota negara dan pusat bisnis, Jakarta menjadi kota dengan penduduk
terpadat (jumlah penduduk: 9.603.417 jiwa luas wilayah: 664.01 km2).
Sebagai pusat bisnis, jumlah penduduk di Jakarta semakin padat pada
siang hari karena kedatangan para pekerja (pelaku bisnis) yang
berdomisili di daerah sub-urban (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Cibubur, dsb). Kemacetan pun menjadi masalah yang sulit diatasi oleh
pemerintah daerah DKI Jakarta.
Kondisi
tersebut, mendorong orang untuk mencari alternatif tempat tinggal yang
dekat dengan kantor mereka. Terbatasnya lahan menjadi salah satu faktor
berkembangnya trend hunian vertikal di Jakarta. Hal ini juga didukung
oleh rencana pembatasan subsidi BBM yang tentu akan meningkatkan biaya
transportasi. Disisi lain, pembangunan sarana transportasi publik yang
menghubungkan daerah sub-urban ke Jakarta masih membutuhkan waktu yang
cukup lama. Berkembangnya trend hunian vertikal di Jakarta juga tak
lepas dari pertumbuhan ekonomi (khususnya Jakarta) dan stabilnya tingkat
suku bunga.
Menurut
Colliers International Indonesia, akan ada 46 proyek apartemen di
Jakarta pada 2015. Proyek apartemen dengan nilai sekitar Rp23triliun
tersebut akan menyuguhkan sekitar 25 ribu unit apartemen dengan hak
milik strate title. Kami mencatat bahwa setidaknya ada 5 perusahaan
properti yang tercatat di BEI yang akan berkontribusi pada proyek
apartemen tahun 2015, yaitu: Intiland Development (DILD), Agung Podomoro
Land (APLN), Lippo Karawaci (LPKR), Cowell Development (COWL), Ciputra
Property (CTRP). Kami menyarankan investor untuk memperhatikan
saham-saham sektor properti terutama yang terkait dengan trend hunian
vertikal di Jakarta. Dari kelima saham tersebut kami menemukan bahwa
APLN memiliki P/E FY14F dan P/B FY14F yang relatif lebih menarik.
Sumber: Embun Pagi, PT. Daewoo Securities, melalui milis:
KompilasiRiset@yahoogroups.com
Sumber: Embun Pagi, PT. Daewoo Securities, melalui milis:
KompilasiRiset@yahoogroups.com
Posting Komentar
Posting Komentar