Kualitas dan hasil
tindakan ditentukan oleh kualitas serta konsistensi niat yang
melatarbelakanginya. Ini juga berlaku untuk trading.
Satu hal yang tidak
seharusnya dilakukan oleh trader adalah tiba-tiba mengubah niat dari trading
menjadi investasi, hanya karena ia tidak mau melakukan Stop Loss ketika
saham yang dibelinya turun di bawah batas toleransi, dan bukan naik sebagaimana
prediksinya. Perubahan niat semacam ini seringkali justru memperburuk
keadaan.
Hal yang kadang dilupakan
oleh trader adalah, semakin turun nilai saham yang dimiliki maka effort
yang diperlukan untuk kembali ke posisi semula menjadi semakin besar dan
kemungkinan untuk itu semakin menipis.
Coba perhatikan contoh
ilustrasi berikut: Anda membeli saham BUMI pada tahun 2008 di harga Rp8500,
misalnya. Nilainya kemudian turun signifikan, tapi Anda tidak segera melakukan Stop
Loss melainkan justru mengubah niat menjadi investasi jangka panjang.
Ternyata, sampai dengan bulan Maret 2014 nilainya bukan kembali pada posisi
semula, namun justru berada pada kisaran Rp300. Kerugian mencapai 96%.
Lalu berapa persen
kenaikan yang dibutuhkan oleh saham BUMI untuk kembali kepada posisi Rp8500?
Kalau Anda jawab 96% maka Anda keliru. Kenaikan 96% dari Rp300 nilainya hanya
mencapai Rp588. Untuk kembali ke posisi semula, Anda butuh keuntungan 2733%,
atau lebih dari 28 kali lipat dibandingkan persentase kerugian yang terjadi.
Jika Anda sebagai trader
merasakan bahwa untuk mencari keuntungan sebesar 10% per transaksi trading
secara konsisten di pasar bukan hal yang mudah, maka tentu terbayangkan bagi
Anda betapa sulitnya mencari keuntungan hingga ribuan persen dari suatu
transaksi.
Intinya, apabila nilai
saham Anda turun, maka untuk kembali ke nilai semula dibutuhkan persentase
keuntungan yang lebih besar dibandingkan persentase kerugian. Semakin dalam
nilai kerugiannya, semakin berlipat pula keuntungan yang dibutuhkan untuk
menutupnya dan semakin kecil kemungkinan untuk dapat kembali ke posisi
tersebut.
Karena itu, disiplin
dengan Stop Loss yang telah direncanakan merupakan sikap trader
yang bijak untuk menghadapi dinamika dan ketidakpastian pasar.
Perubahan niat trading
menjadi investasi seringkali hanya didasarkan pada faktor fear, yaitu
takut memutus (sekaligus merealisasikan) kerugian, dan bukan karena konsekuensi
dari hasil analisa kelayakan investasi yang memadai. Keputusan tersebut tidak
memiliki argumentasi yang kuat dan lebih bersifat emosional ketimbang rasional.
Trading
dan investasi memang memiliki tujuan yang identik yaitu untuk memeroleh
keuntusngan. Namun keduanya memiliki pendekatan dan metode analisa yang
berbeda. Seorang tidak disarankan berinvestasi (jangka panjang) dengan
menggunakan analisa trading (jangka pendek), dan demikian pula
sebaliknya. Bila analisa trading Anda tidak berjalan sebagaimana
mestinya, padahal ia telah digunakan sesuai peruntukannya, maka kemungkinan
gagal tentu akan jauh lebih besar apabila ia dipaksakan untuk untuk investasi,
yang merupakan hal di luar peruntukannya.
Karena itu, mengubah niat trading
menjadi investasi bukanlah cara untuk meminimalkan atau menghindari risiko,
melainkan justru sebaliknya. Cara untuk meminimalkan risiko adalah dengan
disiplin dan mengeksekusi Stop Loss sesuai perencanaan.
Selain itu, disiplin dalam
hal Stop Loss juga menjadikan trading Anda bebas stress. Mengubah
niat trading menjadi investasi seringkali hanya menjadikan trader
terserang stress yang berkepanjangan. Padahal stress tersebut tidak juga
menjadikan portofolio lebih baik dari sebelumnya. Bahkan semakin buruk. Pada
akhirnya apabila trader tidak tahan dengan tekanan stress maka ia pun
melakukan Stop Loss, dan biasanya itu justru terjadi ketika kerugian
yang dialaminya sudah sangat membengkak.
Penting selalu untuk
diingat bahwa kesuksesan dalam trading lebih dideterminasi oleh faktor
Psikologi dan Money Management dibandingkan faktor Teknik. Ada yang
menyatakan komposisinya: Psikologi 50%, Money Management 30% dan Teknik
20%. Psikologi adalah faktor terpenting, dan itu adalah tentang bagaimana trader
berdisiplin dalam menjalankan Trading Plan yang telah dibuat, serta
mengendalikan emosi (fear and greed), baik ketika untung maupun rugi;
termasuk disiplin dalam mengeksekusi Stop Loss.
Demikian, semoga membantu.
Posting Komentar